was successfully added to your cart.

Filosofi Kopi 2: Ujian Terhadap Persahabatan Ben dan Jodi

By 05/09/2017Article
Adegan film Filosofi Kopi 2 (Visinema Pictures)
Adegan film Filosofi Kopi 2 (Visinema Pictures)

Adegan film Filosofi Kopi 2 (Visinema Pictures)

Oleh: Herman Wijaya

Ben dan Jodi, dua tokoh utama dalam kisah Filosofi Kopi, melanjutkan persahabatan mereka yang kemudian diperkuat melalui ikatan bisnis dengan mendirikan kedai kopi bernama “Filosofi Kopi”. Dalam sequel yang sudah diluncurkan pada 23 Juli 2017 lalu di seluruh bioskop di Indonesia dengan judul Filosofi 2: Ben dan Jodi, persahabatan keduanya mengalami ujian yang hebat dengan kehadiran Brie dan Tarra, dua wanit yang masuk ke dalam bisnis mereka. Brie sebagai barista, sedangkan Tarra menjadi investor.

Kisah ini dimulai dengan keputusan mereka membuka kedai kopi baru setelah Ben dan Jodi memutuskan menjual kedai kopi mereka 2 tahun lalu, dan keliling Indonesia membagikan kopi terbaik. Keputusan itu diambil setelah petualangan Ben dan Jody bersama mobil kombi Filosofi Kopi menemui jalan buntu. Dan puncaknya ketika Aga, Aldi dan Nana, karyawan mereka mengundukan diri dengan alasan masing-masing.

Kini dengan masuknya wanita bernama Tarra sebagai investor mereka membuka lagi kedai kopi yang baru. Nama Filosofi Kopi yang sudah dikenal anak-anak muda penggemar kopi langsung menjadi magnit, sehingga hari pertama pembukaan pun langsung dipenuhi pengunjung.

Persoalan mulai muncul ketika Ben (Chico Jerico) melihat cara kerja Brie yang lelet. Lalu sebuah tulisan yang mengulas konsep penyajian Filosofi Kopi baru di media online, membuat mereka terhenyak, karena tulisan yang dibuat oleh pengamat kopi itu berisi kritik yang tajam. Konflik di dalam kedai Filosofi Kopi makin tajam, karena Jody (Rio Dewanto) tetap mempertahankan Brie yang dinilai buruk oleh Ben. Sementara itu hubungan Jody dengan Tarra (Luna Maya) semakin dekat karena setiap upaya pengembangan bisnis. keduanya selalu bersama.

Konflik yang terjadi di kedai Filosofi Kopi meruncing ketika datang karangan bunga dari seorang pengusaha. Ben mengamuk ketika tahu karangan bungan itu dikirim dari pengusaha kelapa sawit yang telah mencaplok perkebunan kopi milik ayahnya.

Berputar-putar

Melalui Filosofi Kopi 2 : Ben & Jodi ini sutradara Angga Dwimas Sasongko mencoba menjadi seperti seorang barista. Dia meracik kopi, menyeduhnya dengan air panas, lalu menyajikannya kepada penonton. Ada empat tokoh penting dalam film ini: Ben, Jody, Tarra dan Brie. Dari keempatnya dimunculkan konflik yang diharapkan dapat menjadi sajian nikmat bagi penonton. Apakah Angga berhasil memberikan sajian yang nikmat?

Sekuel Filosofi Kopi ini memang terkesan sebagai film yang sengaja dibuat untuk meneruskan “sukses” film pertama. Sukses dalam pengertian film ini mendapat apresiasi yang baik walau pun secara komersial tidak terlalu memuaskan. Dengan mengaduk-aduk konflik di antara keempat orang itulah Angga berharap dapat memberi sajian yang diinginkan penonton. Setidaknya Filosofi Kopi 2 ini juga akan mendapat apresiasi yang baik seperti pendahulunya.

Daya tarik sebuah cerita adalah pada konflik. Angga sadar betul itu. Melalui skenario yang ditulisnya bertiga bersama Jenny Jusuf dan Irfan Ramly, Angga memasukan tokoh-tokoh baru yang akan menjadi sumber konflik dalam cerita ini. Tokoh-tokoh yang dimaksud adalah Tarra, Brie (Nadine Alexandra, Puteri Indonesia tahun 2010) dan seorang pengusaha sawit yang namanya disebut tetapi wajahnya tak pernah muncul.

Memasuakkan tokoh-tokoh yang menjadi sumber konflik dalam Filosofi Kopi 2 membuat cerita berputar-putar pada sumbu yang sama. Lalu konflik itu diselesaikan melalui akhir yang penuh kebahagiaan (happy ending). Bens yang semula membenci Brie akhirnya malah jatuh cinta dengan gadis itu. Keduanya pergi ke kampung di Liwa untuk mengurus kopi. Jody semakin dekat dengan Tarra.

Ben yang semula marah dengan Jody dan meminta agar Jody maupun Tarra melepas sahamnya di Filosofi Kopi, akhirnya melunak. Setelah pergi ke Liwa, Ben baru menyadari bahwa Jody adalah bagian hidupnya. Konflik itu diselesaikan, meski caranya sangat gampang dan terlalu verbal.

Sayangnya karakter Ben dalam Filosofi 2 ini digambarkan emosional sekaligus cengeng. Dia mudah meledak bahkan rapuh dalam menghadapi problem kecil sekali pun. Bagaimana Angga menyelesaikan konflik Ben dengan Brie, terasa garing. Ben yang minta dipahami sikapnya oleh Brie karena kematian ayahnya, terkesan sangat cengeng, tidak menggambarkan sosok Ben yang tegar, sosok yang diceritakan sudah mandiri sejak kecil, seperti di Filosofi Kopi pertama.

Alur film ini juga terasa membosankan. Adegan minum kopi dan berpelukan dibuat berulang-ulang. Dan hampir di setiap akhir adegan, Angga memasukan musik-musik atau lagu melankolis atau yang dekat dengan suasana adegan. Minum kopi, pelukan dan lagu menjadi bagian menonjol dalam film ini.

Kalau pun ada yang agak menghibur adalah ketika Angga membawa penonton ke luar dari konflik yang berputar-putar, yakni ketika Ben bertemu dengan lelaki Batak (diperankan oleh Joko Anwar) pada siapa Ben ingin meminjam uang untuk membeli saham Jody dan Tarra di kedai kopi milik mereka. Walau pun aksen Batak Joko Anwar tidak pas betul, tetapi kalimatnya yang ceplas-ceplos, terutama ketika menganalogikan hubungan Ben dengan Jodi ibarat “biji” (testis) terdengar lucu.
Landscape Tanah Toraja yang ditangkap oleh kamera dalam film ini juga ikut memberi nilai positif, meski pun itu sekedar tempelan dan Toraja yang direkam hanya bagian luarnya saja. Padahal, andaikata Angga lebih sabar dengan menunggu moment upacara adat di Tanah Toraja, akan membuat bagian ini menjadi lebih kuat.
Suasana di perkebunan kopi juga ikut memberi perasaan segar bagi penonton. Jika dalam Filosofi Kopi pertama penonton diajak ke perkebunan kopi di pegunungan Ijen milik seorang lelaki pembuat kopi Tiwus (diperankan oleh Slamet Rahardjo), kini ada tiga perkebunan kopi yang muncul, yakni di Tanah Toraja, lalu perkebunan kopi milik seorang lelaki yang dibantu oleh Brie (diperankan oleh Tio Pakusadewo) dan perkebunan kopi di Liwa, Lampung.

Filosofi Kopi 2 : Ben & Jodi merupakan gambaran umum sekuel film yang kerap memiliki gradasi lebih rendah dari film pendahulunya. Karena cerita dan penggarapan film pertama biasanya muncul dari hati, dan yang kedua lahir karena logika.

Sumber

Aloya Coffee

Author Aloya Coffee

More posts by Aloya Coffee

Leave a Reply